Jenis-jenis abortus
ABORTUS MENURUT PROSES TERJADINYA
1. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural. Diperkirakan 10-20% dari kehamilan akan berakhir dengan abortus, dan secara yuridis tidak membawa implikasi apa-apa.
2. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan. Seorang ibu yang sedang hamilbila mengalami rudapaksa, khususnya rudapaksa didaerah perut misalnya karena terjatuh atau tertimpa sesuatu diperutnya, demikian pula bila ia menderita syok, akan dapat mengalami abortus yang biasanya disertai dengan perdarahan yang hebat. Abortus yang demikian kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan akan kejadiannya.
3. Abortus provocatus medicinalis atau abortus theurpeuticus. Abortus ini dilakukan semata-mata atas dasar pertimbangan medis yang tepat, tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa si ibu kecuali jika kandungannya digugurkan misalnya pada penderita kanker ganas.
Abortus provocatus medicinialis kadang-kadang membawa implikasi yuridis, perlu penyidikan dengan tuntas, khususnya bila ada kecurigaan perihal tidak wajarnya tarif atau biaya yang diminta oleh dokter, sehingga menimbulkan komersialisasi yang berkedok demi alasan medis.
4. Abortus provocatus criminalis atau abortus criminalis. Jelas tindakan penguguran kandungan disini semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum. Tindakan abortus yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara medis, dan hanya dilakukan untuk kepentingan si pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari si-ibu yang malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk melacaknya oleh karena kedua belah pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana sama dengan baik (Crime without victim,walaupun sebenarnya korbannya ada yaitu bayi yang di kandung).
ABORTUS SPONTAN
1. Abortus imminens. Bisa terdapat gejala kehamilan dini. Kram ringan dengan perdarahan. Serviks panjang dan tertutup. Uterus sesuai dengan usia kehamilan secara kasar 50 % memburuk menjadi abortus insipiens.
2. Abortus insipiens. Kram yang menetap dan perdarahan sedang. Mulut serviks terbuka terbuka. (Jangan rancu dengan serviks inkompeten, yang tidak disertai kram dan dapat diobati. Serviks inkompeten disertai dengan dilatasi serviks yang tidak nyeri.
3. Abortus inkomplet. Seperti abortus insipiens, tetapi dengan sedikit hasil konsepsi yang tertahan dalam uterus (bekuan darah mungkin di kelirukan dengan jaringan) atau kanalis serviks, yang menyebabkan kram terus menerus dan perdarahan berlebihan. Pemeriksaan dengan speculum menunjukan mulut serviks interna berdilatasi dan tampak jaringan dalam kanalis endoserviks atau vagina. Perdarahan dapat parah.
4. Abortus komplet. Keseluruhan hasil konsepsi terdorong keluar dengan berkurang atau berhentinya kram dan perdarahan. Pada pemeriksaan dan uterus keras dan lebih kecil dibandingkan usia kehamilan.
5. Missed Abortion. Hasil konsepsi tertahan 3 minggu atau lebih setelah kematian janin. Tanda dan gejala kehamilan berkurang, uji kehamilan menjadi negative. Terdapat secret vagina berwarna kecoklat-coklatan (jarang perdarahan yang sesungguhnya). Jarang terdapat kram. Uterus terasa nyeridan tidak beraturan. Pemeriksaan ultrasonografi tidak memperlihatkan kehamilan hidup.
6. Abortus septik. Setiap gambaran diatas serta suhu tubuh >38% tanpa sumber demam yang lain mungkin merupakan abortus septic. Disebabkan oleh pemakaian AKDR atau peralatan selama abortus. Terdapat nyeri tekan abdomen, nyeri tekan uterus, sekret purulen, dan mungkin syok.
GRABER, MARK. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga. Obstetri. EGC: JAKARTA (hal 368)
IDRIS, A. MUNIM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Abortus dan abortus provocatus. Binarupa Aksara: JAKARTA (hal 247)