Penyebab: volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan (diare, luka bakar, muntah-muntah, dan third space loss). Kelainan hemodinamik: Coi BPi SVRh CVPi.
Tujuan terapi untuk restorasi volume, intravaskuler dengan target optimalkan tekanan darah, nadi dan perfusi organ.
Bila hipovolemia telah teratasi baru boleh diberikan vasoactive agent (dopamine, dobutamine).
1.Kehilangan cairan
Dewasa
Bayi dan Anak
Dehidrasi
Ringan
4%BB
5% BB
Sedang
6% BB
10% BB
Berat
8% BB
15% BB
2.Tanda klinis
ringan
sedang
berat
defisit
3-5%
6-8%
>10%
hemodinamik
Takikardia, nadi lemah
Takikardi, nadi sangat lemah, volume collapse, hipotensi ortostatik
Takikardia, nadi tak teraba,akral dingin, sianosis
jaringan
Lidah kering, turgor turun
Lidah keriput, turgor kurang
Atonia, turgor buruk
urine
pekat
Jumlah turun
oliguria
SSP
mengantuk
Apatis
koma
Tindakan:
a.Tentukan deficit
b.Atasi syok : cairan infuse 20 ml/kg dalam 1 jam, dapat di ulang
c.Sisa deficit: - 50% dalam 8 jam pertama
-50% dalam 16 jam berikutnya
Cairan : Ringer laktat atau NaCL 0,9%
Telah rehidrasi bila urine : 0,5-1ml/kg/jam
3.Perdarahan
Variabel
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Sistolik
>110
>100
>90
>90
Nadi
<100
>100
>120
>140
Nafas
16
16-20
21-26
>26
Mental
anxious
agitated
confused
lethargic
Kehilangan darah
<750 ml
<15%
750-1500 ml
15-30%
1500-2000 ml
30-40%
>2000 ml
>40%
4.Rumus Terapi Cairan
Maximal allowable blood loss: (Ht-30)/Ht x EBV
DO2 = CO x CaO2 = 640-1400 ml
Pada dewasa perdarahan>15% EBV perlu dilakukan transfuse darah, sedang pada bayi dan anak bila perdarahan > 10% EBV.
Rumus transfusi darah dengan:
1.Whole blood: (Hbx – Hb pasien) x BB x 6 = ………..ml
2.Packed Red cell: (Hbx – Hb pasien) x BB x 3 = ………..ml
Ket: Hbx = Hb yg ingin dicapai (gr%)
Hbpasien = Hb pasien (gr%)
BB = Berat badan (kg)
Bila digunakan cairan kristaloid : 3 kali volume darah yang hilang
Cairan koloid: sesuai jumlah darah yang hilang.
JENIS JENIS CAIRAN
Cairan Intra Vena (IV) ada 3 jenis:
1.Cairan Kristaloid
Cairan yang mengandung zat BM rendah (<8000 Dalton) dengan atau tanpa glukosa. Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke ruang ekstra seluler. Contoh : Ringer laktat, Ringer, NaCL 0,9% (Normal Saline), Dextrose 5% dan 10%, Darrow, D5%+NS dan D5% +1/4 NS.
2.Cairan Koloid
Cairan yang mengandung zat BM tinggi (>8000 Dalton). Misal:protein. Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang intravaskuler. Contoh: Albumin, Blood Product : RBC, Plasma protein fraction : Plasmanat, Koloid sintentik : Dextran dan Hetastrach
3.Cairan Khusus
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti: NaCl 3%,bic-nat, mannitol.
Catatan : pada pemakaian infuse diutamakan menggunakan cairan kristaloid Karena pada studi baru telah di pelajari efek koagulasi pada pemberian koloid. Didapatkan bahwa koloid dengan berat molekul tinggi lebih banyak menimbulkan koagulasi secara bermakna meningkatkan von Willebrand (vWF), protrombin time, dan amplitude maksimal (diukur dengan tromblastografi). Koloid dengan derajat substitusi tinggi mempunyai efek negative pada pembekuan darah dengan penurunan GPIIb-IIIa dan menurunkan amplitude maksimal,sehingga dapat meningkatakan perdarahan post operatif.
Referensi pustaka:
Dr. Ery Leksana, SPAn.KIC, Terapi Cairan dan elektrolit, SMF/ BAGIAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
1.Kita tentukan hipotesisnya dengan skala pengukuran variable
2.Setelah itu kita tentukan pasangan dan jumlah kelompoknya
3.Setelah itu kita tentukan hipotesisnya sesuai table uji hipotesis
Jika pada uji statistic jumlah sampel :
a.n>50 menggunakan kolmogorov smirnov
b.n<50>
·jika didapatkan data pada table sig:
1.>0,05 maka data distribusi normal
2.<0,05>
Kemudian lakukan prosedur proses transformasi data. Transformasi dilakukan dengan menggunakan fungsi log, akar, kuadrat, atau fungsinya.
Apabila belum mendapat hasil normal lakukan sesuai prosedur pada table uji hipotesis di bawah.
Skala Pengukuran
KATAGORIK/KUALITATIF
NUMERIK/NON KATEGORIK/KUANTITATIF
NOMINAL
Co : Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
ORDINAL
Co : Tingkat Pendidikan
·Pendidikan Rendah
·Pendidikan Menengah
·Pendidikan Tinggi
Klasifikasi Kadar Kolesterol
·Rendah
·Normal
·Tinggi
INTERVAL
Co : Suhu Badan
RASIO
Co :
Berat Badan
Tinggi Badan
Kadar Gula Darah
Kadar Kolesterol
Nominal dan Ordinal (kategorik)
Variabel nominal dan variable ordinal disebut sebagai variable kategorik karena variable tersebut mempunyai kategori variable. Sebagai contoh ‘Jenis Kelamin’ adalah variable, sedangkan ‘laki-laki’ dan ‘perempuan’ adalah kategori variabel, 'Klasifikasi kadar kolesterol' adalah variabel, sedangkan 'baik', 'sedang', dan 'buruk' adalah kategorinya.
Berdasarkan kategori inilah Anda dapat membedakan variabel
nominal dan variabel ordinal. Variabel nominal mempunyai kategori
yang sederajat atau tidak, bertingkat (contoh: variabel jenis kelamin
dengan kategori laki-laki dan perempuan) sedangkan variabel ordinal
mempunyai kategori yang tidak sederajat atau kategori vang bertingkat (contoh: variabel kolesterol dengan kategori kadar kolesterol baik, kadar kolesterol sedang, dan kadar kolesterol buruk).
Rasio dan Interval (Numerik)
Variabel rasio dan interval disebut sebagai variabel numerik karena variabel tersebut tidak mempunyai kategori variabel. Anda dapat membedakan variabel rasio dan interval berdasarkan nilai nolnya. Apabila variabel tersebut mempunyai nilai nol alami (seperti tinggi badan, berat badan, jarak), maka Anda menyebutnya sebagai variabel rasio. Apabila variabel tersebut tidak mempunyai nilai nol alami (seperti suhu), maka Anda menyebutnya sebagai variabel interval. Perhatikan bahwa nol derajat pada Skala Celcius berbeda dengan nol derajat pada skala Fahrenheit!!!
Jenis Hipotesis
Dalam bahasa Inggris, terdapat perbedaan yang cukup jelas antara association, comparasion, dan correlation. Akan tetapi, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ketiga kata tersebut diterjemahkan menjadi hubungan. Akibatnva, dalam bahasa Indonesia, pengertian `mencari hubungan' bisa berarti mencari hubungan secara komparatif maupun secara korelatif. Kalau kita membaca kata `mencari hubungan', maka akan timbul kerancuan apakah yang dimaksud adalah mencari hubungan secara komparatif atau secara korelatif. Untuk inenghindari kerancuan tersebut, dalam buku ini diambil kesepakatan sebagai berikut.
Pada tabel uji hipotesis, jenis hipotesis dibagi menjadi dua, yaitu komparatif dan korelatif. Unruk membedakannya, perhatikan contoh sebagai berikut.
Untuk menunjukkan bahwa metode yang dipakai untuk mencari hubungan antarvariabel adalah metode komparatif, maka digunakan kata hubungan atau perbandingan. Sedangkan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan untuk mencari hubungan antarvariabel adalah metode korelatif, maka digunakan kata korelasi.
Pertanyaan penelitian untuk hipotesis komparatif
Apakah terdapat perbedaan rerata kadar gula darah antara kelompok yang mendapat pengobatan glibenkamid dan kelompok placebo?
Apakah terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan jenis pengobatan yang di terima (glibenkamid dan placebo)
Apakah terdapat perbedaan terjadinya kanker paru antara perokok dan bukan perokok?
Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok dan terjadinya kanker paru?
Pertanyaan untuk hipotesis korelatif
Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar gula darah
Dengan mengamati secara seksama kata kunci pada contoh pertanyaan penelitian di atas, anda sudah mengetahui perbedaan jenis hipotesis tersebut.
Pasangan dan Jumlah Kelompok
Istilah keempat dan kelima: Pasangan dan jumlah kelompok
Andaharus mengetahui apa yang dimaksud berpasangan dantidak berpasangan serta yang dimaksud dengan 2 kelompokdan > 2 kelompok.
Penjelasannya dengan mudah dapat dijelaskan dengan contohsebagai berikut :
Ilustrasi satu: dua kelompok tidak berpasangan.
Anda mengukur tekanan darah subjekpenelitian. Subjekpenelitian tersebut berasal dari dua kelompok, yaitu kelompokdaerah rural dan kelompok daerah urban.Nah, data tekanandarah kelompok ruraladalah satu kelompok data, sedangkandata tekanan darah kelompok urban adalah kelompok data yang lain. Dengan demikian, dari segi jumlah, Anda punya dua kelompok data. Sedangkandari segi berpasangan, Andamempunyai kelompok data yang tidak berpasangan karenaindividu dari kedua kelompok data tersebut berbeda.
Ilustrasi dua: dua kelompok berpasangan
Ada sekelompokmahasiswa yang diukur beratbadannyasebanyak dua kali, yaitu pada Bulan Januari2003 dan BulanFebruari 2003. Nah, data beriat badan mahasiswa pada Bulan Januari adalah satu kelompok data. Berat badan mahasiswa pada Bulan Februari adalah sekelompok data lagi. Dari segi ju.mlah, Anda mempunyai duakelompok data (yaituberat badanmahasiswa pada bulan Januari dan Februari). Dari segi berpasangan, Anda mempunyai kelompok data yang berpasangan karena individu dari 2 kelompok data adalah individu yang sama.
Ilustrasi tiga: kelompok berpasangan karena Matching
Ilustrasi sama dengan Ilustrasi pertama. Anda mengukur tekanandarahsubjekpenelitian yang berasaldari duakelompok,yaitu kelompok, daerah rural dan kelompok daerah urban.Dalam prosedur pemilihan subjek penelitian, Anda melakukanprosesmatching, yaitusetiapsubjekdari kelompokruraldicarikanpasangannya yang mempunyaikarakteristik yangsama dengan subjek dari kelompok urban. Dengan demikian,dari segi jumlah, Anda punyadua kelompok data. Sedangkandari segi berpasangan, Anda mempunyai kelompok data yangberpasangan karena ada proses matching.
Ilustrasi empat : Kelompok berpasangan karena desain crossover
Jenis data kelompok berpasangan bias juga diperoleh pada suatu uji klinis yang menggunakan desain crossover. Pada desain ini,pada periode tertentu subjek penelitian akan menerima obat A. Setelah menyelesaikan obat A, subjek penelitian akan menerima obat B sclama periode tertentu. Dengan cara ini, akan diperoleh data ketika subjek penelitian menggunakan obat A dan ketikasubjek penelitian menggunakan obat B. Data obat A dengan data obatB dikatakan berpasangan karena data tersebut diperoleh dari individuyang sama.
Skala Pengukuran Variable
JENIS HIPOTESIS
VARIABEL YANG DI CARI ASOSIASINYA
ISTILAH
VARIABEL I
VARIABEL II
HIPOTESIS KOMPARATIF
KATEGORIK
KATEGORIK
KOMPARATIF KATEGORIK
KATEGORIK
NUMERIK
KOMPARATIF NUMERIK
NUMERIK
NUMERIK
-
HIPOTESIS KORELATIF
KATEGORIK
KATEGORIK
KORELATIF KATEGORIK
KATEGORIK
NUMERIK
KORELATIF KATEGORIK
NUMERIK
NUMERIK
KORELATIF NUMERIK
Table Uji Hipotesis Bivariate
MASALAH
SKALA
PENGUKURAN
JENIS HIPOTESIS (ASOSIASI)
KOMPARATIF
KORELATIF
TIDAK BERPASANGAN
BERPASANGAN
NUMERIK
2 KELOMPOK
>2 KELOMPOK
2 KELOMPOK
>2 KELOMPOK
PEARSON *
UJI t TIDAK BERPASANGAN
ONE WAY ANOVA
UJI t BERPASANGAN
REPEATED ANOVA
KATEGORIK (ORDINAL)
MANN WHITNEY
KRUSKAL WALLIS
WILCOXON
FRIEDMAN
SPEARMAN
SOMMERS D GAMMA
KATEGORIK(NOMINAL/ORDINAL)
CHI SQUARE,
FISHER,
KOLMOGOROV SMIR NOV,
TABEL (B X K)
MC NEMAR, COCHRAN MARGINAL HOMOGENITY WILCOXON, FRIEDMAN (PRINSIP PXK)
KOEFISIEN KONTINGENSI LAMBDA
KETERANGAN :
1.Uji dengan tanda * merupakan uji parametric
2.Tandapanah ke bawah menunjukan uji alternative jika syarat uji parametric tidak terpenuhi atau distribusi tidak normal dari hasil uji normalitas.
3.Untuk hipotesis komparatif numeric, perlu di perhatikan banyaknya kelompok.
4.Untuk hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan, pemilihan uji menggunakan “table B x K”
5.Untuk hipotesis komparatif kategorik berpasangan, pemilihan uji menggunakan “table P x K”
REFERENSI
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ed.3. Jakarta. Penerbit Salemba Medika