Rabu, 04 Januari 2012

Electromagnetik Hipersensitif

Hipersensitivitas listrik (Electrical Hipersensitivity) adalah penyakit yang bersifat sangat kontroversial dan pemahaman yang masih terbatas. Gejala-gejala dapat bervariasi banyak dialami penderita, tetapi biasanya akan mencakup beberapa hal berikut: gangguan tidur, kelelahan, depresi, sakit kepala, gelisah, lekas marah, gangguan konsentrasi, lupa, kesulitan belajar, sering infeksi, perubahan tekanan darah, tungkai dan nyeri sendi, mati rasa atau kesemutan sensasi, tinnitus, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, pusing dan masalah mata. Ada laporan masalah kardiovaskular seperti takikardia, meskipun ini relatif jarang.
Powerfrekuensi listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh kabel listrik, gardu, kesalahan pada distribusi listrik, peralatan listrik di rumah atau tempat kerja, kabel rumah, kabel, mobil, kereta api, dll. Banyak orang percaya bahwa penyakit ini timbul sebagai akibat dari kedekatan sumber-sumber frekuensi listrik dan elektromagnetik, atau sebagai hasil dari kehidupan di area tersebut. Orang yang terpapar EMFs dapat mengembangkan penyakit seperti leukimia, kanker kulit dewasa, kanker payudara, penyakit Lou Gehrig (ALS - Amyotrophic Lateral Sclerosis), Gulf War Syndrome dan keguguran. Penelitian ini telah melihat kedekatan dengan sumber dan juga tingkat lapangan dan terkait penyakit dan kesehatan.

Peralatan listrik umum, seperti televisi dan komputer sering memicu gejala ringan sampai sedang pada orang Electrical Hipersensitivitas (ES). Peningkatan sel mast (seperti yang ditemukan pada orang yang menderita alergi) telah ditemukan pada orang menonton televisi. Berbagai jenis pencahayaan, perlengkapan terutama neon (termasuk rendah energi lampu baru) sulit bagi banyak orang dengan ES untuk mentolerir. Hal ini memiliki implikasi yang luas, seperti lampu neon yang digunakan di kantor kebanyakan, rumah sakit, pusat belanja dan rekreasi. Hal ini bisa membuat fasilitas ini sangat sulit bagi orang-orang dengan ES untuk mengakses. Transportasi seperti mobil, kereta, pesawat, trem semuanya mengandung peralatan yang melepaskan tingkat EMFs bahwa orang-orang yang sensitif apabila menemukan sulit untuk mentolerir.

Secara khusus, hiperreaktivitas dalam sistem saraf pusat dan ketidakseimbangan dalam sistem saraf otonom harus ditindaklanjuti dalam penyelidikan klinis dan hasil dari individu dengan ES diambil sebagai masukan untuk kemungkinan pengobatan. Mereka yang merasa bahwa mereka sensitif terhadap medan elektromagnetik umumnya mencoba untuk mengurangi eksposur mereka terhadap sumber-sumber elektromagnetik secara praktis. Peradaban menghindari medan elektromagnetik merupakan kesulitan praktis yang cukup sulit dalam masyarakat modern. Metode sering digunakan oleh penderita meliputi:. penderita menghindari paparan; memutuskan hubungan atau menghapus perangkat listrik; perisai atau skrining diri atau tempat tinggal, pengobatan, dan terapi komplementer dan alternatif.

Rabu, 21 Desember 2011

Obat Herpes Zoster / Cacar air

Acyclovir (Golongan Antivirus nonretrovirus)

· Fungsi : Antivirus

· Dosis : 200 mg (Capsule), 400 mg & 800 mg (Tablet), 5 % /5 g (Salep/Cream)

· Cara pemberian :

Dewasa : 800 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 7- 10 hari.

Anak 2 -12 tahun : 400 - 800 mg 4 kali sehari, selama 5 hari.

Anak dibawah 2 tahun : 200 mg atau 20 mg/kg BB 4 kali sehari, selama 5 hari.

Salep/cream : Oleskan rata pada tempat yang sakit

Bedak Salycyl (Obat Gatal Kulit)

· Fungsi : Untuk merawat kulit gatal dan mencegah biang keringat

· Dosis : 2 % asam salisilat dan talk, 60 gram

· Cara pemberian :

Bedak ini ditaburkan dan digosokkan rata pada bagian kulit yang gatal.

Tidak digunakan pada anak-anak dengan usia < 2 tahun, tidak digunakan secara luas pada tubuh dan tidak digunakan dalam waktu yang lama.

Neurobion (Multivitamin neuromialgikum)

· Fungsi : Untuk mencegah dan mengobati penyakit karena kekurangan vitamin B1, B6 dan B12 seperti polineuritis, herpes zoster, paresis wajah, asthenia, beri – beri, neuralgia, memelihara fungsi saraf, memiliki efek analgesik.

· Dosis : B1 = 100 mg, B6 = 200 mg dan B12 = 200 mcg

· Cara pemberian :

Dewasa & Anak = 1 tablet salut gula sehari.

Dosis lama dan besar dapat meningkatkan resiko kerusakan hati.

Lama pemberian max 3 minggu.

Paracetamol (Depresan Saraf Pusat)

· Fungsi : Antidemam (antipiretik) dan antinyeri (analgesik)

· Dosis : 250 mg & 500 mg (Tablet)

· Cara pemberian :

Dewasa : 500 mg 3-4 x sehari, lama pemberian max 5 hari

Anak >8 tahun: 250 mg 3-4 x sehari, lama pemberian max 5 hari

10-15 mg / KgBB untuk sekali minum

· Resep :

R/ Acyclovir mg 800 tab no. XXXV

S 5 dd 1 tab pc

R/ Acyclovir 5 % tube no. I

S In loc dol ue

R/ Salycyl Gr 60 pot no. I

S prn ue

R/ Neurobion mg 300 tab no. VII

S 1 dd 1 tab pc

R/ Paracetamol mg 500 tab no. IX

S 3 dd 1 tab pc

Ket : R/ = Resep

mg 800 = 800 Miligram

mg 500 = 500 Miligram

tab = tablet

no. = jumlah

XXXV = 35 buah tablet (untuk 7 hari)

I = 1 buah (untuk sampai sembuh)

VII = 7 buah tablet (untuk selama 7 hari)

IX = 9 buah tablet (untuk selama 3 hari, apabila belum membaik lanjutkan sampai 5 hari)

S = Signa (tanda)

5 dd 1 = 5 de die 1 (5 kali sehari setiap harinya)

3 dd 1 = 3 de die 1 (3 kali sehari setiap harinya)

pc = post coenam (setelah makan)

prn = pro renatera (bila perlu)

ue = usus externus (obat luar)

in loc dol = In locus dolens (di lokasi yang terasa sakit)

Selasa, 20 Desember 2011

Obat Hipertensi

Captopril (Golongan ACE Inhibitor)
  • Fungsi : menurunkan tekanan darah
  • Dosis : 12,5 mg, 25 mg, 50 mg
  • Cara pemberian : 2 minggu awal dengan dosis 12,5 mg sebanyak 2 x 1 atau 3 x 1 sehari, apabila tidak membaik tingkatkan dosis 25 mg sebanyak 3 x 1 sehari, harus diminum paling lama 1 jam sehabis makan,
  • tidak dapat diberikan pada ibu hamil.
  • Resep :

R/ Captopril mg 12,5 tab no. XXVIII

S 2 dd 1 tab pc

Ket : R/ = Resep

mg 12,5 = 12,5 Miligram

tab = Tablet

no. = Jumlah

XXVIII = 28 buah tablet (untuk 2 minggu)

S = signa (tanda)

2 dd 1 = 2 de die 1 (2 kali sehari setiap harinya)

Pc = Post coenam (setelah makan)

Minggu, 11 Desember 2011

Budidayakan Gaya Hidup Sehat

  • Makan Secukupnya Sesuai Waktunya
  • Konsumsi Makanan Higienis, Matang total
  • Makanan yang baik adalah makanan direbus hingga matang, alami dan fresh
  • Konsumsi air putih yang banyak sesuai suhu normal
  • Gerak teratur dan cukup (olahraga)
  • Istirahat secukupnya
  • Hindari Stress
  • Penuhi hari-hari anda dengan kegiatan positif
  • Makan dengan nutrisi 4 Sehat 5 Sempurna

Jumat, 15 Juli 2011

Anamnesis Pada pasien diare

ANAMNESIS

Pasien dengan penyakit diare

1. Menyapa pasien dengan ramah

2. Memperkenalkan diri

3. Mempersilakan pasien duduk

4. Menanyakan maksud kedatangan pasien

5. Menanyakan kesediaan untuk di wawancara anamnesis

6. Menanyakan identitas pasien

7. Memberitahukan maksud apa yang akan dilakukan

8. Menanyakan keluhan utama pasien : diare

9. Sudah berapa lama ?

10. Kuantitas : tinja padat/lembek/keras, lendir/darah/nanah, ampas, cucian beras, warna dan bau, mengapung/tenggelam

11. Kualitas : seberapa banyak beraknya meningkat, nyemprot/mengalir terus

12. Frekuensi : Seberapa sering diarenya

13. Apakah mengganggu pekerjaan ?

14. Faktor memperberat : apa yang memperberat sakit perut diarenya : apa kalau makan pedas, minum susu

15. Faktor memperingan : Apa yang memperingan sakit perut diare : istirahat, tidur, oralit

16. Gejala penyerta : Muntah, mual, nyeri abdomen, demam, ikterus, penurunan berat badan, anoreksia, bau keton, pingsan, pusing, ruam, artralgia, anemia, perubahan buang air besar

17. Apakah konsumsi obat2an sebelumnya oralit, obat pencahar

18. Riwayat penyakit sebelumnya :DM, Hipertensi, Alergi, penyakit saluran cerna

19. Riwayat mondok di rumah sakit

20. Riwayat menjalani operasi

21. Riwayat mengalami kecelakaan

22. Riwayat penyakit keluarga : apakah dikeluarga ada yang memiliki sakit yang sama

23. Riwayat sosek : lingkungan rumah, perkerjaan, hobi, narkoba, alcohol, rokok, diet konsumsi, jarum suntik, perjalanan keluar negeri

24. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya

25. Melakukan pengulangan resume hasil anamnesis yang telah di dapat dan arah penyakit

26. Meminta persetujuan pasien lakukan pemeriksaan diagnosis lebih lanjut

Rabu, 23 Maret 2011

MALARIA

Kesehatan | 15.03.2011

Spora Rekayasa Genetika untuk Atasi Malaria


Peneliti berhasil mengembangkan spora rekayasa genetika yang menyerang nyamuk, dimana nyamuk tersebut dapat memproduksi materi melawan malaria dan menjadi sembuh. Dengan demikian nyamuk itu tidak menularkan malaria lagi.

Parasit malaria memerlukan dua inang. Manusia dan nyamuk. Tanpa nyamuk yang terinfeksi bibit penyakit malaria tidak dapat sampai kepada manusia. Tidak heran, jika perang melawan malaria sebagian besar merupakan perang melawan nyamuk. Tapi insektisida kimiawi yang tangguh lama kelamaan hilang keampuhannya. Para pakar mencari alternatifnya di alam. Pakar peneliti serangga Raymond St. Leger dari Universitas Maryland memanfaatkan jamur yang bernama Metarhizium anisopliae. Spora jamur tersebut memang dapat menembus lapisan pelindung kulit serangga, tapi masih ada hambatan lainnya.

”Perlu waktu sangat lama sampai jamur itu mematikan nyamuk. Oleh sebab itu orang harus membawa spora jamur dalam jumlah besar ke seluruh kawasan, untuk memastikan bahwa jamur itu menulari semua nyamuk muda."

Jamurnya mematikan bagi nyamuk, tapi terlalu lamban untuk memutuskan siklus infeksi malaria secara efektif. Oleh karena itu Raymond St. Leger merekayasa jamur itu dengan teknik genetika. Konkritnya : Ia memanfaatkan gen yang bukan menyerang nyamuk melainkan menyerang parasit malaria. Gen-gen tersebut berasal dari berbagai sumber. Yang paling ampuh adalah antibodi manusia terhadap malaria. Tapi juga gen dari sistem imunitas kalajengking mematikan parasitnya.

Juga salah satu hormon dari nyamuk itu sendiri mengikat kelenjar air liurnya dan di sana mendesak parasit-parasit malaria.

“Kami menyisipkan gen ini di dalam jamur yang menyerang serangga dan menembusnya. Nyamuk-nyamuk itu masih dapat hidup lama, tapi hanya dalam beberapa hari jamur-jamur itu mulai memproduksi unsur aktif yang melawan malaria. Dengan begitu juga menyembuhkan nyamuk. Lebih dari 90 persen parasit malaria lenyap dan nyamuk-nyamuk itu tidak lagi dapat menularkan penyakit tersebut."

Terutama yang efektif adalah kombinasi berbagai jenis jamur dengan gen anti malaria yang berbeda. Gen rekayasa itu dikonstruksi sedemikian rupa, agar jamur itu segera aktif jika bersentuhan dengan darah nyamuk. Karenanya dapat berpengaruh secara cepat. Walaupun seekor nyamuk sudah lama terinfeksi malaria, parasit malarianya tidak memiliki peluang hidup lagi. Nyamuk itu mungkin dapat terus hidup beberapa lama, tapi bagi manusia nyamuk itu tidak lagi menjadi ancaman, kecuali rasa gatal di kulit akibat gigitan nyamuk. Dari pihak laboratorium menyatakan, jamur yang direkayasa genetika sudah siap. Kini Raymond St. Leger berpikir bagaimana ia menerapkan khasiat jamur-jamur itu

“Jamur itu dapat dipergunakan seperti racun kimia anti serangga. Dalam bentuk spray atau jebakan aroma pengharum. Orang dapat merendam kain hitam dengan larutan spora jamur dan kemudian memasangnya di rumah. Nyamuk-nyamuk akan menempel pada kain itu dan terinfeksi. Orang juga dapat membubuhkan jamur itu pada kelambu anti nyamuk, semuanya berjalan seperti pada unsur kimia."

Penerapannya secara teknis tidak menjadi masalah. Meski demikian Raymond St. Leger memperhitungkan, bahwa uji coba lapangan yang pertama masih harus menunggu beberapa tahun lagi. Uji cobanya akan dilakukan di Kenya tapi baru dilakukan jika masyarakat di sana berhasil diyakinkan dengan konsep baru tersebut. Pada kenyataannya jamur itu merupakan organisme yang direkayasa secara genetis, dan banyak orang cemas akan hal itu. Tapi Raymond St. Leger meyakinkan bahwa gen buatan ini direkayasa secara spesifik untuk penyakit malaria pada manusia. Gen-gen tersebut akan dikendalikan sakelar genetika, yang menjamin baru akan aktif dalam darah serangga. Terlepas apa yang dilakukan jamur tersebut, gen yang direkayasa itu hanya akan diproduksi pada tubuh nyamuk. Demikian dikatakan St. Leger.

Namun ini tidak mengubah persyaratan bahwa gen rekayasa jamur tersebut baru dapat dikatakan tidak berbahaya, jika telah melalui berbagai studi yang membuktikannya.

Vokart Wildermuth/Dyan Kostermans